Rahasia “Aku Tidak Tahu ” – Syaikh Abdus Salam Asy – Syuwai’ir – #NasehatUlama
Syekh mengatakan bahwa orang yang ditanya jika ia tidak tahu, lalu ia berkata, “Aku tidak tahu.” Baik dia seorang guru atau mufti. Syekh berkata, “Sungguh ilmu tentang itu (yang ia tak tahu) akan segera dia dapatkan.” Entah dari dirinya sendiri yang mempelajari lagi hal itu, atau dari si penanya tersebut, yang terkadang bertanya kepada ulama lain lalu membahasnya, yang dengan cara itu kemudian ilmu itu didapat.
Perkataan ini, tidaklah diucapkan oleh penulis, kecuali berdasarkan pengalamannya. Perkataan ini sungguh merupakan kebenaran yang benar-benar keluar dari lubuk hati Syekh. Saya tidak tahu ada orang lain yang mendahului Syekh dalam hal ini, kecuali jika ada sesuatu yang belum, karena memang, tidak diragukan bahwa ini butuh penelitian yang luas.
“Di antaranya, jika seseorang diam pada masalah yang tidak dia tahu, hal itu menunjukkan bahwa dia bisa dipercaya, amanah, dan berilmu pada masalah-masalah yang dijawab dengan yakin.” Ya.
“Sebagaimana orang yang dikenal berani berkata pada sesuatu yang tidak dia ketahui, itu akan menimbulkan keraguan pada semua yang dia katakan, bahkan pada masalah-masalah yang sudah jelas.”
Ya, ini adalah perkataan yang bagus, ada sebagian orang yang terkadang enggan mengatakan “Aku tidak tahu” karena ia takut disebut orang yang tidak berilmu. Padahal sebaliknya, jika Anda berkata, “Aku tidak tahu” artinya apa yang pernah Anda ucapkan adalah berdasarkan ilmu dan keyakinan, dan membuat pendengar berkesimpulan bahwa Anda berbicara dengan ilmu, bukan sekedar kira-kira atau asal bicara, justru sebaliknya, ini membuat perkataan Anda lebih kuat dan bermakna dalam hati-hati manusia, daripada Anda berbuat sebaliknya.
Justru ini yang mengantarkan Anda pada kebalikan dari apa yang Anda sangka, jika Anda berkata tentang syariat Allah tanpa ilmu. Syekh berkata, “Seperti seorang pembicara yang dikenal sebagai seorang orator, bagus perkataannya dan cerdas akalnya, orang ini tidak berbicara kecuali pada kesempatan yang tepat untuk berbicara, atau akan diam pada kesempatan yang tepat untuk diam.” Baiklah.
================================================================================
يَقُولُ الشَّيْخُ إِنَّ الْمَسْؤُولَ إِذَا تَوَقَّفَ
قَالَ لَا أَعْلَمُ مُعَلِّمًا أَوْ مُفْتِيًا
قَالَ: فَمَا أَسْرَعُ أَنْ يَأْتِيَهُ عِلْمُ ذَلِكَ
إِمَّا مِنْ مُرَاجَعَتِهِ هُوَ يُرَاجِعُ بِنَفْسِهِ
وَإِمَّا أَنْ يَكُونَ هَذَا السَّائِلُ
قَدْ يُرَاجِعُ غَيْرَهُ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَيَبْحَثُ
فَحِيْنَئِذٍ تُحَصِّلُ إِلَيْهِ مَعْلُومَةٌ
وَهَذِهِ الْكَلِمَةُ مَا تَكَلَّمَ بِهَا الْمُؤَلِّفُ إِلَّا عَنِ التَّجْرِبَةِ
هَذِهِ الْكَلِمَةُ فِي غَايَةِ الصِّدْقِ
خَرَجَتْ مِنْ قَلْبِ الشَّيْخِ تَمَامًا
وَلَا أَعْلَمُ أَنَّ أَحَدًا سَبَقَ الشَّيْخَ فِي هَذَا الشَّيْءِ
إِلَّا أَنْ يَكُونُ وَقَفَ عَلَى مَا لَمْ
وَهُوَ لَا شَكَّ أَنَّهُ وَاسِعُ اطِّلَاعٍ نَعَمْ
وَمِنْهَا: أَنَّهُ إِذَا تَوَقَّفَ عَمَّا لَا يَعْرِفُ
كَانَ دَلِيلًا عَلَى ثِقَتِهِ وَأَمَانَتِهِ وَإِتْقَانِهِ
فِيمَا يَجْزِمُ بِهِ مِنَ الْمَسَائِلِ
نَعَمْ
كَمَا أَنَّ مَنْ عُرِفَ مِنْهُ الْإِقْدَامُ
عَلَى الْكَلَامِ فِيمَا لَا يَعْلَمُ
كَانَ ذَلِكَ دَاعِيًا لِلرَّيْبِ فِي كُلِّ مَا يَتَكَلَّمُ بِهِ
حَتَّى فِي الْأُمُورِ الْوَاضِحَةِ
نَعَمْ هَذَا كَلَامٌ جَيِّدٌ يَكُونُ مِنْ بَعْضِ النَّاسِ
قَدْ يَمْتَنِعُ مِنْ قَوْلِ: لَا أَعْلَمُ
خَشْيَةَ أَنْ يُقَالَ أَنَّهُ لَا عِلْمَ عِنْدَهُ
يَكُونُ بِالْعَكْسِ إِنَّكَ إِذَا قُلْتَ لَا أَعْلَمُ
مَعْنَاهُ أَنَّ مَا تَكَلَّمْتَ فِيهِ بِعِلْمٍ وَجَزَمْتَ بِهِ
يَأْخُذُ عَنْكَ الْمُسْتَمِعُ رَأْيًا أَنَّكَ تَكَلَّمْتَ بِعِلْمٍ
لَا بِظَنٍّ وَخَرَسٍ
بِالْعَكْسِ هَذَا أَقْوَى وَأَوْقَعُ بِكَلَامِكَ
فِي نُفُوسِ النَّاسِ مِنْ غَيْرِهِ
فَإِنَّ هَذَا مِنْ مُجَازَاتِكَ بِعَكْسِ مَا تَظُنُّ
إِنْ تَكَلَّمْتَ فِي الشَّرْعِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ بِغَيْرِ عِلْمٍ
قَالَ مِثْلُ الْمُتَكَلِّمِ الَّذِي يُعْرَفُ أَنَّهُ خَطِيبٌ
يُحْسِنُ الْكَلَامَ وَصَاحِبُ عَقْلٍ
فَهَذَا لَا يَتَكَلَّمُ إِلَّا فِي الْأَمَاكِنِ الَّتِي يَحْسُنُ فِيهَا الْكَلَامُ
وَيَسْكُتُ فِي الْمَوَاضِعِ الَّتِي يَحْسُنُ فِيهَا السُّكُوتُ
نَعَمْ